Jumat, 22 April 2011

FPKS Tanya Alasan Pembubaran

Radar Jogja, Tuesday, 19 April 2011 10:50


Mantan Anggota Bansus Optimistis Tanah BKM Laku

BANTUL - Alasan yang melatari rencana pembubaran PT BKM masih belum sepenuhnya dipahami kalangan DPRD Bantul. Hingga menjelang sidang paripurna beragenda pembubaran PT BKM hari ini (19/4), Fraksi Partai Keadilan Sosial (FPKS) masih mempertanyakan alasan pembubaran. Anggota FPKS Amir Syarifuddin menegaskan manajemen PT BKM belum bisa memberikan penjelasan mengapa proyek ini tidak mungkin dilanjutkan. ”Padahal itu adalah pertanyaan yang sangat mendasar terkait hal ini,” ungkapnya saat ditemui di kantor DPRD Bantul, Senin (18/4).

Menurutnya, bagaimana bisa memutuskan dibubarkan atau tidak apabila alasan pembubaran saja tidak dijelaskan. Ia juga melihat konsep BKM adalah konsep yang bagus untuk pembangunan Bantul. Oleh karena itu, dia mendesak Pemkab Bantul berupaya keras mewujudkan proyek tersebut.

Amir juga meminta manajemen PT BKM menunjukkan laporan keuangan kepada dewan. Sampai saat ini belum ada neraca keuangan yang sampai ke tangan para wakil rakyat. ”Padahal hal tersebut merupakan bentuk transparansi dana proyek BKM,” ujarnya.

Menurut Amir, pemkab sudah menyetor Rp 4 miliar untuk pembelian lahan dan aset. Seharusnya, Perwita Karya selaku rekanan juga menyetor dana dengan jumlah yang sama. “Tapi kita tidak tahu berapa modal yang di setor karena belum ada neraca keuangannya,” ungkapnya.

Mantan anggota DPRD Bantul dari Fraksi PAN periode 1999-2004 sekaligus anggota Pansus BKM 2002, Takdir Ali Mukti, punya pandangan sendiri terkait asset berupa tanah milik PT Bantul Karya Mandiri (BKM). Dia optimistis aset tanah seluas 32,7 hektare yang terletak di Pajangan dan Kasihan bakal laku terjual.

Menurutnya, tanah itu berada di lokasi strategi. Tepatnya, berada di dekat ringroad yang merupakan akses ke luar provinsi. ”Selain itu, karena migrasi masyarakat ke Bantul cukup tinggi dipastikan bakal banyak pembangunan seperti perumahan,” ujarnya (16/4).

Terkait mandeknya pelaksanaan proyek Bantul Kota Mandiri (BKM) dan permintaan pembubaran PT BKM oleh Bupati Bantul Sri Suryawidati kepada DPRD, Takdir sangat menyayangkan. Menurutnya, semangat awal BKM itu sangat bagus. ”Karena, ingin menarik pembangunan ke arah selatan Bantul,” jelasnya.

Sekitar awal tahun 2000 pembangunan di Jogjakarta terpusat di Sleman dan Kota Jogja. Kedua daerah itu pun menjadi terlalu padat dan tidak mampu lagi menampung laju pembangunan.

Oleh karenanya, tutur Takdir, adanya BKM diharapkan mampu membangun Bantul dan mengundang investor. “Pada akhir 1990-an tidak ada investor yang mau menanamkan modal di Bantul karena banyaknya huru hara,” ungkap dosen Hubungan Internasional UMY ini.

Menurut Takdir, pada awalnya BKM sudah terkonsep dengan matang. Saat itu sudah dilakukan studi kelayakan, rencana pertahun seperti tahun pertama fokus pembebasan lahan atau tahun kedua mulai pembangunan infrastruktur. ”Semua sudah diatur sedemikian baik. Bahkan, risiko-risiko yang akan dihadapi pun sudah diperhitungkan,” paparnya.

Saat itu Pajangan dipilih karena adanya proyek pembangunan dermaga di Pandansimo. Ketersediaan air pun akan dipermudah dengan membangun pipa hingga ke lokasi. Sedangkan pemilihan Kasihan didasarkan akses yang dekat ringroad dan Kota Jogja. “Tapi kenapa BKM bisa jadi seperti ini ya? Saya tidak tahu karena saya sudah tidak di DPRD Bantul sejak 2004,” ungkapnya. (c5)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar